Editorial : Tahun Sudah Berubah, Berubahkah Kebiasaan Kita ?

Setelah  mencapai tigapuluh hari dalam tahun 2016, rasanya memang tidak ada yang berubah. Padahal banyak di antara kita yang berjanji pada diri sendiri, bahwa pada tahun 2015 keadaan harus lebih baik. Apakah hal itu menyangkut pekerjaan atau karir, apakah penghasilan atau imbalan dari hasil jerih payah yang biasa kita lakukan sehari-hari selama tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya.

Semangat untuk berubah menjadi lebih baik ternyata hanya seumur kembang api yang dinyalakan persis di pertengahan malam menjelang tahun baru. Kita lebih suka mengkompensasikan keterbelakangan dan ketidakmampuan membangun diri dengan berbagai rencana yang  terlalu tinggi.  Kemudian menterjemahkannya menjadi berbagai slogan, seolah menjadi jaminan untuk bisa mencapai tujuan kita. Padahal, sekecil apa pun tujuan itu harus dicapai dengan  konsistensi - bukan slogan.

Ini menjadi salah satu ciri dan kelemahan kita masing-masing. Kita tahu persis bahwa untuk menciptakan keadaan yang lebih baik, apakah di bidang ekonomi, politik dan berbagai aspek kehidupan diperlukan konsistensi yang dimplementasikan dengan merubah kebiasaan dan perilaku yang negatif, nota bene perilaku yang mengakibatkan keadaan menjadi seburuk saat ini. Tetapi keengganan dan kecenderungan kita masih tetap seperti yang dimiliki oleh nenek moyang kita yang tinggal di gua-gua dulu, yakni enggan merubah kebiasaan-kebiasaan lama dengan kebiasaan-kebiasaan baru.

Jika kita sudah terbiasa dengan pola dan gaya hidup di atas penghasilan yang tidak sah, maka akan sulit untuk mengubah pola dan gaya hidup sesuai dengan penghasilan yang wajar.  Artinya, sulit pula menghilangkan kebiasaan menerima suap, upeti, melakukan manipulasi dan mark-up serta korupsi. Karena hal-hal itu nyaris dilakukan oleh semua orang dan nota bene berdampak menyenangkan bagi kehidupan materi.

Jika kita tidak sanggup mengatasi sifat primitif manusia, yakni kecenderungan untuk menghindari hal yang tidak menyenangkan dalam hal ini mengubah kebiasaan-kebiasaan itu dengan kebiasaan yang berdampak positif di masa depan, kita tak ubahnya seperti manusia purba yang belum mengenal arti nilai-nilai moral dan sikap mental positif.  (dt)